Rabu, 13 Januari 2016

MAKNA BIMBINGAN YANG TERKANDUNG DALAM LAGU “EDE NGADEN AWAK BISA” DAN “ BUNGAN SANDAT”



 MAKNA BIMBINGAN YANG TERKANDUNG DALAM LAGU “EDE NGADEN AWAK BISA” DAN “ BUNGAN SANDAT”

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Kidung atau nyanyian-nyanyian Bali merupakan suatu kebudayaan yang memiliki nilai seni dan mengandung nilai moral yang tinggi. Di Bali Kidung ini debedakan bedasarkan tingkatan-tingkatan tertentu, di mulai dari sekar rare yang kidungnya masih sangat sederhana, yang kedua sekar alit, yang ketiga sekar madya dan yang terakhir disebut sekar agung.
Didalam kidung-kidung tersebut mengandung pesan-pesan moral, tata bertingkah laku dan tidak sedikit dari kidung-kidung Bali mengandung suatu Bingbingan. Dalam makalah ini akan khusus membahas tentang makna Bingbingan yang terkandung dalam pupuh Ginada yang berjudu “Ede Ngaden Awak Bisa” dan lagu Bali yang Berjudul “ Bungan Sandat”. Dimana kedua lagu ini mengandung unsur Bingbingan yang sangat baik dalam bertingkah laku.
Seperti lagu Ede Ngaden Awak bisa, ini mengajarkan kita untuk belajar terus-menerus karena ilmu pengetahuan itu selalu berkembang, dan lagu  Bungan Sandat, ini mengajarkan kaum wanita agar mampu menjaga dirinya dengan baik.

1.2  Rumusan masalah
1)      Bagaimanakah unsur Bingbingan yang terkandung pada pupuh Ginada yang berjudul Ede Ngaden Awak Bisa ?
2)      Bagaimanakah unsur Bingbingan yang terkandung pada lagu  Bungan Sandat ?

1.3  Manfaat Penulisan
1)      Untuk mengetahui unsur Bingbingan yang terkandung dalam pupuh Ginada yang berjudul Ede Ngaden Awak Bisa.
2)      Untuk mengetahui unsur Bingbingan yang terkandung pada lagu  Bungan Sandat.














BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Makna pupuh Ginada “ede ngaden awak bisa”
Ungkapan “ede ngaden awak bisa” ini sering kita dengar, Kalimat ini adalah bait pertama dari lagu berbahasa Bali, termasuk pupuh ginada untuk sekar alit, pengantar tidur anak-anak. Artinya begini “jangan mengira diri sudah pintar.” Selanjutnya bait kedua, “De ngaden awak bisa, depang anake ngadanin,” yang berarti “jangan mengira diri sudah pintar, biarlah orang lain yang menilai.” Kalau diartikan lebih luas, makna yang terdapat di bait-bait tersebut – bahwa kita tidak boleh arogan/sombong ketika tahu sesuatu. Ungkapan ini sering digunakan oleh masyarakat Bali khususnya, sebagai acuan mereka dalam berperilaku di kehidupan sehari-hari.
Nilai yang terkandung sebenarnya memiliki pesan yang sangat baik. Selain agar tidak sombong/takabur, kita diharapkan lebih reflektif dan mawas diri. Namun, jika hanya dimaknai sebagian saja, nilai dalam dua bait tersebut, tidak bisa berlaku di semua situasi dan bisa berpengaruh kurang baik. Di pembelajaran di kelas, misalnya, siswa bisa saja menjadi pasif, tidak mau menonjolkan dirinya untuk berpartisipasi aktif dalam aktivitas belajar. Mereka tidak mau dikatakan sombong dan sejenisnya. Demikian juga di konteks pekerjaan. Kata-kata seperti “kapan majunya (orang Bali) kalau selalu mengaku tidak bisa,” atau “ini sebabnya kita selalu kalah dibanding yang lain, karena tidak pernah mau menonjolkan kemampuan yang dimiliki, meski bisa diandalkan.” Sekali lagi, kita tidak bisa melihatnya secara sepotong-sepotong. Lagu ini harus dimaknai secara utuh dari seluruh bait yang ada. Bait lengkapnya adalah sebagai berikut:

Ede ngaden awak bisa
Depang anake ngadanin
Geginane buka nyampat
Anak sai tumbuh luu
Ilang luu buka katah
Yadin ririh liu nu peplajahan

Maknanya :
Jangan mengira dirimu sudah pintar
Biarlah orang lain yang menilai diri kita/menyebutnya demikian
Ibarat kita menyapu
Sampah akan ada terus menerus
Kalaupun sudah habis, masih banyak debu
Biarpun kamu sudah pintar, masih banyak hal (yang harus dipelajari)




Pada dasarnya lagu ini begitu polos, lugu apa adanya, namun penuh makna. Oleh dongeng budaya, lagu ini diterjemahkan sebagai berikut :

1.         Jangan sombong, mengatakan diri pintar, diri baik, serba tahu dan seterusnya, juga hindari memuji diri sendiri. Orang lainlah yang menilai dan mengatakan bukan diri anda. Dalam hal agama juga sama saja, mengatakan agama sendiri paling bagus, damai dan seterusnya adalah konyol.
2.         Belajar ataupun tindakan baik apapun yang kita lakukan harus kontinyu dan terus menerus. Ibarat orang menyapu, tidak cukup hanya dilakukan sekali saja.
3.         Tidak ada manusia yang sempurna. Seseorang mungkin pintar dalam ilmu tertentu tapi bisa jadi bodoh dalam ilmu lain. Jadi walau sudah pintar, masih tetap perlu belajar.

Memang sangat baik konsep berpikir dan bertindak orang Bali secara umum. Sifat perilaku agar tidak suka menonjolkan kelebihan, dan menjadi sombong sebenarnya berimplikasi pada keyakinan apapun yang dimiliki dan diketahui manusia sangat tidak berarti jika dibandingkan dengan keagungan Tuhan. ini banyak didasari oleh rasa bakti transendental kepada sang pencipta.
Membiarkan orang lain yang menilai kita, karena kita sulit untuk menilai kelebihan dan kekurangan diri sendiri, namun bukan berarti kita akan menjadi rendah diri, karena jika kita sudah berilmu tanpa kita memberitahu orang pasti sudah mengetahuinya melalui tingkah laku kita. Jika kita berilmu orang-orang pasti akan membutuhkan kita.
Belajar ilmu pengetahuan itu diibaratkan seperti menyapu, jika kita sudah mampu mengatasi satu masalah, akan timbul masalah yang lain seiring berkembangnya ilmu pengetahuan kita, masalah itu merupakan suatu proses pendewasaan diri, semakin sering kita menghadapi masalah maka kita akan mampu berpikir lebih bijaksana.
Ini bukan berarti terlalu mendasarkan diri pada satu keyakinan saja. Hanya tertarik betapa hebatnya para orang tua dulu yang mampu mengkomposisi lagu ini. Hal penting yang bisa diambil dari lagu ini adalah “jangan sombong (ketika tahu akan sesuatu); rendah hati, tapi bukan rendah diri; dan selalu belajar (karena akan selalu ada hal baru – diatas langit masih ada langit).” Inti utamanya adalah pada “yadin ririh liu nu peplajahan – masih banyak yang harus dipelajari.” Karena ilmu pengetahuan itu selalu berkembang, lagu ini juga mengajarkan kita agar tidak terlalu fanatisme terhadap ilmu pengetahuan, kita harus terbuka terhadap ilmu-ilmu yang baru. Seperti sekarang, di era Globalisasi ini ilmu pengetahuan sangat berkembang pesat, jika kita tidak mampu mengimbangi perkembangan zaman, kita akan terpuruk dan tidak bias berkembang, oleh karena itu kita harus belajar terus-menerus dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang kita miliki.
Sekali lagi penting ditekankan, kita harus bisa menampilkan sisi terbaik kita di konteks yang relevan, namun kita harus tetap rendah hati dan tidak berhenti belajar
Karenanya, sangat cocok dipakai pengantar tidur anak-anak kita agar nilai baiknya bisa tertanam sejak dini. Karena bingbingan yang paling penting dan pertama dilakukan oleh orang tua dirumah.



2.2 Makna Lagu bungan sandat
            Lagu  Bungan Sandat ini merupakan sebuah lagu yang membingbing remaja wanita agar mampu menjaga dirinya, masa remaja ini merupakan masa-masa yang rentan terjerumus ke arah yang negatif. Karena masa remaja ini cenderung ingin bebas dan cenderun tidak mau dikekang, sehingga diperlukan memahami dan mengimplementasikan lagu  Bungan Sandat ini. Lagu ini sangat baik untuk membingbing remaja khususnya remaja wanita untuk menjaga diri. Jika seorang Remaja tidak mampu menjaga dirinya, maka di ibaratkan sebagai bunga kembang sepatu atau dalam bahasa bali disebut bunga “pucuk”. Bunga ini sangat indah namun ketika dipetik akan cepat layu dan tidak bisa digunakan lagi, sehingga pada akhirnya akan dibuang.
            Namun bila mampu menjaga dirinya dengan baik, mampu menjaga nilai sebagai wanita maka ia diibaratkan sebagai bunga “sandat” yaitu bunga yang sangat wangi biarpun sudah layu bahkan kering bunga sandat tetap wangi dan masih berguna.
Lagu ini harus kita pahami semua baitnya agar kita mampu mengambil pesan-pesan yang terkandung dari lagu ini dan mampu mengamalkannya. Adapun bait lengkap dari lagu I Bungan Sandat, sebagai berikut :

Bungan Sandat

Yen gumanti bajang tan binaye pucuk nedeng kembang
disuba ye layu tan ade ngerunguang ngemasin makutang
becik malaksana de gumanti dadi kembang bintang
mantik di rurunge makejang mangempok raris ka entungang
refff :
To ibungan sandat selayu-layune miik
too.. ye nyandang tulad seuripe melak sana becik
pare truna truni mangde saling asah asih asuh
ma nyama beraya to kukuhin rahayu kapanggih
Maknanya :
Dari bait yang pertama yaitu “Yen gumanti bajang tan binaye pucuk nedeng kembang” yang maknanya di kala seorang wanita itu sudah menginjak masa remaja maka ia di ibaratkan sebagai bunga kembang spatu ayau “pucuk” yang sangat indah, artinya wanita sudah mampu untuk menghias diri sehingga mampu tampil cantik. Sehingga mampu menarik orang-orang yang melihatnya
Dari bait kedua yaitu “disuba ye layu tan ade ngerunguang ngemasin makutang” artinya ketika seorang wanita itu sudah mengalami salah pergaulan atau terjerumus, jika di ibaratkan bunga kembang sepatu yang sudah layu maka akan dibuang dan tidak dipakai lagi, karena kecantikannya sudah hilang ternodai oleh sifat yang tidak baik.
Dari bait selanjutnya yaitu  “becik malaksana de gumanti dadi kembang bintang” dan “mantik di rurunge makejang mangempok raris ka entungang”
Artinya ketika ia mampu bersikap yang baik dia akan menjadi primadona, namun tumbuh dan berkembang pada tempat yang salah dalam hal ini diibaratkan bunga yang indah  tumbuh di jalan maka semua orang tertarik untuk memetiknya dan setelah dipetik akan dibuang kembali karena sudah layu dan tidak ada gunanya lagi. Begitu pula wanita yang tumbuh dan berkembang dalam pergaulan bebas, ini cenderung akan menjadikan wanita untuk ganti-ganti pasangan, dan ketika dia sudah di cap tidak baik dalam masyarakat maka dia akan dibuang.
            Bait selanjtnya yaitu “To ibungan sandat selayu-layune miik” artinya seseorang khususnya wanita harus mampu menerapkan ilmu filsafat pada bunga kenanga atau “sandat” dimana walaupun bunga tersebut sudah layu, dia tetap harum. Ini artinya jika seorang wanita mampu menjaga dirinya dengan baik dia akan tetap memiliki nilai atau kehormatan walaupun sudah tua, sehingga disebut cantik lahir dan batin.
            Bait selanjutnya yaitu “too.. ye nyandang tulad seuripe melak sana becik” artinya kita harus mampu menjadikan filsafat Bungan sandat ini sebagai tauladan dalam hidup, sehingga kaum remaja khususnya wanita mampu menjaga dirinya dengan baik dan menjaga martabat diri sendiri sehingga mampu dihormati sebagai wanita.
            Dan yang terakhir yaitu “pare truna truni mangde saling asah asih asuh” dan “ma nyama beraya to kukuhin rahayu kapanggih”, artinya disini bukan hanya diperlukan kaum wanita saja yang harus menjaga diri, namun kaum laki-laki juga harus mempu menghormati kaum wanita. Jadi antara kaum pemuda dan pemudi itu harus mampu saling asah, asih dan asuh atau saling mengasihi dan bersama-sama untuk menciptakan suatu kedamaian.
            Jadi intinya lagu ini membingbing kaum wanita untuk mampu menjaga diri dan kehormatan sebagai wanita, agar mampu tumbuh seperti bunga kenanga atau “sandat yaitu mampu tetap dihormati biarpun sudah tua sekalipun.
Kita sebagai penerus bangsa harus bisa mencontoh bunga kenanga yang dari baru mekar hingga dia layu tetap memiliki prilaku yang baik dan harum selalu dikenang oleh orang lain. Jangan kita tumbuh bagai bunga yang tidak terpelihara dijalan, dipetik dan kemudian dibuang. Khususnya bagi para wanita jangan sampai apa yang kita jaga sebagai kehormatan dipetik begitu saja yang kemudian dibuang.
Nasihat lagu ini untuk kita, jangan biarkan masa muda hanya indah sesaat lalu untuk disia-siakan. Seburuk apapun masa lalu kita, Tuhan Maha Pengampun dan Penyayang. Maha Pengampun karena yang IA pandang tidak hanya apa yang sudah kita lakukan, tapi juga apa yang kita tekadkan dan usaha kita untuk memperbaiki diri. Maha Penyayang karena seburuk apapun ujian yang pernah IA berikan, semuanya untuk melatih kita untuk menjadi makhluk-NYA yang pantas IA Cintai. karena, mungkin Tuhan juga cemburu, bila kita mencintai yang lain lebih dari cinta kita padaNYA.
Semoga Tuhan selalu membimbing kita untuk terus memperbaiki diri dan hidup yang berarti laiaknya Bungan Sandat. Semoga kita mampu mengamalkan dan mengimplementasikan lagu ini dalam kehidupan sehai-hari. Perlu mengokohkan tali persaudaraan antar sesama sehingga mampu menciptakan kedamaian dan kesejahteraan dalam hidup.



































BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
            Makna dari pupuh Ginada yang berjudul “ede ngaden awak bisa” ini membingbing kita agar bertindak tidak sombong dan puas diri walaupun sudah memiliki suatu ilmu, dan kita diajarkan untuk belajar terus menerus karena ilmu pengetahuan it terus berkembang.
            Makna lagu I Bungan sandat ini membingbing seseorang khususnya wanita mampu menjaga diri dan kehormatannya sebagai wanita, sehingga mampu terus memiliki nilai dan kehormatan sampai tua sekalipun.

3.1 Saran
            Diharapkan kita mampu memahami dan mengimplementasikan makna-makna dari lagu-lagu bali tersebut dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kita dapat memperoleh suatu kesejahteraan.


























DAFTAR PUSTAKA

Buku kidung Taman sari

http://clingakclinguk.com/2008/11/13/bungan-sandat/

http://wikipedia.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar