MAKNA BIMBINGAN YANG TERKANDUNG DALAM LAGU “EDE NGADEN AWAK BISA” DAN “ BUNGAN SANDAT”
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kidung atau nyanyian-nyanyian Bali
merupakan suatu kebudayaan yang memiliki nilai seni dan mengandung nilai moral
yang tinggi. Di Bali Kidung ini debedakan bedasarkan tingkatan-tingkatan
tertentu, di mulai dari sekar rare yang kidungnya masih sangat sederhana, yang
kedua sekar alit, yang ketiga sekar madya dan yang terakhir disebut sekar
agung.
Didalam kidung-kidung tersebut mengandung
pesan-pesan moral, tata bertingkah laku dan tidak sedikit dari kidung-kidung
Bali mengandung suatu Bingbingan. Dalam makalah ini akan khusus membahas
tentang makna Bingbingan yang terkandung dalam pupuh Ginada yang berjudu “Ede
Ngaden Awak Bisa” dan lagu Bali yang Berjudul “ Bungan Sandat”. Dimana kedua
lagu ini mengandung unsur Bingbingan yang sangat baik dalam bertingkah laku.
Seperti lagu Ede Ngaden Awak bisa, ini
mengajarkan kita untuk belajar terus-menerus karena ilmu pengetahuan itu selalu
berkembang, dan lagu Bungan Sandat, ini
mengajarkan kaum wanita agar mampu menjaga dirinya dengan baik.
1.2
Rumusan masalah
1)
Bagaimanakah unsur Bingbingan
yang terkandung pada pupuh Ginada yang berjudul Ede Ngaden Awak Bisa ?
2)
Bagaimanakah unsur Bingbingan
yang terkandung pada lagu Bungan Sandat
?
1.3
Manfaat Penulisan
1)
Untuk mengetahui unsur
Bingbingan yang terkandung dalam pupuh Ginada yang berjudul Ede Ngaden Awak
Bisa.
2)
Untuk mengetahui unsur Bingbingan
yang terkandung pada lagu Bungan Sandat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Makna pupuh Ginada “ede ngaden awak bisa”
Ungkapan “ede ngaden awak bisa” ini sering kita
dengar, Kalimat ini adalah bait pertama dari lagu berbahasa Bali, termasuk
pupuh ginada untuk sekar alit, pengantar tidur anak-anak. Artinya begini
“jangan mengira diri sudah pintar.” Selanjutnya bait kedua, “De ngaden awak
bisa, depang anake ngadanin,” yang berarti “jangan mengira diri sudah pintar,
biarlah orang lain yang menilai.” Kalau diartikan lebih luas, makna yang
terdapat di bait-bait tersebut – bahwa kita tidak boleh arogan/sombong ketika
tahu sesuatu. Ungkapan ini sering digunakan oleh masyarakat Bali khususnya,
sebagai acuan mereka dalam berperilaku di kehidupan sehari-hari.
Nilai yang terkandung sebenarnya memiliki pesan yang
sangat baik. Selain agar tidak sombong/takabur, kita diharapkan lebih reflektif
dan mawas diri. Namun, jika hanya dimaknai sebagian saja, nilai dalam dua bait
tersebut, tidak bisa berlaku di semua situasi dan bisa berpengaruh kurang baik.
Di pembelajaran di kelas, misalnya, siswa bisa saja menjadi pasif, tidak mau
menonjolkan dirinya untuk berpartisipasi aktif dalam aktivitas belajar. Mereka
tidak mau dikatakan sombong dan sejenisnya. Demikian juga di konteks pekerjaan.
Kata-kata seperti “kapan majunya (orang Bali) kalau selalu mengaku tidak bisa,”
atau “ini sebabnya kita selalu kalah dibanding yang lain, karena tidak pernah
mau menonjolkan kemampuan yang dimiliki, meski bisa diandalkan.” Sekali lagi,
kita tidak bisa melihatnya secara sepotong-sepotong. Lagu ini harus dimaknai
secara utuh dari seluruh bait yang ada. Bait lengkapnya adalah sebagai berikut:
Ede ngaden awak bisa
Depang anake ngadanin
Geginane buka nyampat
Anak sai tumbuh luu
Ilang luu buka katah
Yadin ririh liu nu
peplajahan
Maknanya :
Jangan mengira dirimu sudah pintar
Biarlah orang lain yang menilai diri kita/menyebutnya demikian
Ibarat kita menyapu
Sampah akan ada terus menerus
Kalaupun sudah habis, masih banyak debu
Biarpun kamu sudah pintar, masih banyak hal (yang harus dipelajari)
Pada dasarnya lagu ini begitu polos, lugu apa adanya,
namun penuh makna. Oleh dongeng budaya, lagu ini diterjemahkan sebagai berikut
:
1. Jangan sombong, mengatakan diri pintar,
diri baik, serba tahu dan seterusnya, juga hindari memuji diri sendiri. Orang
lainlah yang menilai dan mengatakan bukan diri anda. Dalam hal agama juga sama
saja, mengatakan agama sendiri paling bagus, damai dan seterusnya adalah
konyol.
2. Belajar ataupun tindakan baik apapun
yang kita lakukan harus kontinyu dan terus menerus. Ibarat orang menyapu, tidak
cukup hanya dilakukan sekali saja.
3. Tidak ada manusia yang sempurna.
Seseorang mungkin pintar dalam ilmu tertentu tapi bisa jadi bodoh dalam ilmu
lain. Jadi walau sudah pintar, masih tetap perlu belajar.
Memang sangat baik konsep berpikir dan bertindak orang
Bali secara umum. Sifat perilaku agar tidak suka menonjolkan kelebihan, dan
menjadi sombong sebenarnya berimplikasi pada keyakinan apapun yang dimiliki dan
diketahui manusia sangat tidak berarti jika dibandingkan dengan keagungan
Tuhan. ini banyak didasari oleh rasa bakti transendental kepada sang pencipta.
Membiarkan orang lain yang menilai kita, karena kita
sulit untuk menilai kelebihan dan kekurangan diri sendiri, namun bukan berarti
kita akan menjadi rendah diri, karena jika kita sudah berilmu tanpa kita
memberitahu orang pasti sudah mengetahuinya melalui tingkah laku kita. Jika
kita berilmu orang-orang pasti akan membutuhkan kita.
Belajar ilmu pengetahuan itu diibaratkan seperti
menyapu, jika kita sudah mampu mengatasi satu masalah, akan timbul masalah yang
lain seiring berkembangnya ilmu pengetahuan kita, masalah itu merupakan suatu
proses pendewasaan diri, semakin sering kita menghadapi masalah maka kita akan
mampu berpikir lebih bijaksana.
Ini bukan berarti terlalu mendasarkan diri pada satu
keyakinan saja. Hanya tertarik betapa hebatnya para orang tua dulu yang mampu
mengkomposisi lagu ini. Hal penting yang bisa diambil dari lagu ini adalah
“jangan sombong (ketika tahu akan sesuatu); rendah hati, tapi bukan rendah
diri; dan selalu belajar (karena akan selalu ada hal baru – diatas langit masih
ada langit).” Inti utamanya adalah pada “yadin ririh liu nu peplajahan – masih
banyak yang harus dipelajari.” Karena ilmu pengetahuan itu selalu berkembang,
lagu ini juga mengajarkan kita agar tidak terlalu fanatisme terhadap ilmu pengetahuan,
kita harus terbuka terhadap ilmu-ilmu yang baru. Seperti sekarang, di era
Globalisasi ini ilmu pengetahuan sangat berkembang pesat, jika kita tidak mampu
mengimbangi perkembangan zaman, kita akan terpuruk dan tidak bias berkembang,
oleh karena itu kita harus belajar terus-menerus dan mengembangkan ilmu
pengetahuan yang kita miliki.
Sekali lagi penting ditekankan, kita harus bisa
menampilkan sisi terbaik kita di konteks yang relevan, namun kita harus tetap
rendah hati dan tidak berhenti belajar
Karenanya, sangat cocok dipakai pengantar tidur
anak-anak kita agar nilai baiknya bisa tertanam sejak dini. Karena bingbingan
yang paling penting dan pertama dilakukan oleh orang tua dirumah.
2.2 Makna Lagu bungan sandat
Lagu Bungan Sandat ini merupakan sebuah lagu yang
membingbing remaja wanita agar mampu menjaga dirinya, masa remaja ini merupakan
masa-masa yang rentan terjerumus ke arah yang negatif. Karena masa remaja ini
cenderung ingin bebas dan cenderun tidak mau dikekang, sehingga diperlukan
memahami dan mengimplementasikan lagu Bungan Sandat ini. Lagu ini sangat baik untuk
membingbing remaja khususnya remaja wanita untuk menjaga diri. Jika seorang
Remaja tidak mampu menjaga dirinya, maka di ibaratkan sebagai bunga kembang
sepatu atau dalam bahasa bali disebut bunga “pucuk”. Bunga ini sangat indah
namun ketika dipetik akan cepat layu dan tidak bisa digunakan lagi, sehingga
pada akhirnya akan dibuang.
Namun bila mampu
menjaga dirinya dengan baik, mampu menjaga nilai sebagai wanita maka ia
diibaratkan sebagai bunga “sandat” yaitu bunga yang sangat wangi biarpun sudah
layu bahkan kering bunga sandat tetap wangi dan masih berguna.
Lagu ini harus kita pahami semua baitnya agar kita
mampu mengambil pesan-pesan yang terkandung dari lagu ini dan mampu mengamalkannya.
Adapun bait lengkap dari lagu I Bungan Sandat, sebagai berikut :
Bungan
Sandat
Yen gumanti
bajang tan binaye pucuk nedeng kembang
disuba ye
layu tan ade ngerunguang ngemasin makutang
becik
malaksana de gumanti dadi kembang bintang
mantik di
rurunge makejang mangempok raris ka entungang
refff :
refff :
To ibungan
sandat selayu-layune miik
too.. ye
nyandang tulad seuripe melak sana becik
pare truna
truni mangde saling asah asih asuh
ma nyama
beraya to kukuhin rahayu kapanggih
Maknanya :
Dari bait yang pertama yaitu “Yen gumanti bajang tan binaye pucuk nedeng kembang” yang maknanya
di kala seorang wanita itu sudah menginjak masa remaja maka ia di ibaratkan
sebagai bunga kembang spatu ayau “pucuk” yang sangat indah, artinya wanita
sudah mampu untuk menghias diri sehingga mampu tampil cantik. Sehingga mampu
menarik orang-orang yang melihatnya
Dari bait kedua yaitu “disuba ye layu tan ade ngerunguang ngemasin makutang” artinya
ketika seorang wanita itu sudah mengalami salah pergaulan atau terjerumus, jika
di ibaratkan bunga kembang sepatu yang sudah layu maka akan dibuang dan tidak
dipakai lagi, karena kecantikannya sudah hilang ternodai oleh sifat yang tidak
baik.
Dari bait selanjutnya yaitu “becik
malaksana de gumanti dadi kembang bintang” dan “mantik di rurunge makejang mangempok raris ka entungang”
Artinya ketika ia mampu bersikap yang baik dia akan menjadi
primadona, namun tumbuh dan berkembang pada tempat yang salah dalam hal ini
diibaratkan bunga yang indah tumbuh di
jalan maka semua orang tertarik untuk memetiknya dan setelah dipetik akan
dibuang kembali karena sudah layu dan tidak ada gunanya lagi. Begitu pula
wanita yang tumbuh dan berkembang dalam pergaulan bebas, ini cenderung akan
menjadikan wanita untuk ganti-ganti pasangan, dan ketika dia sudah di cap tidak
baik dalam masyarakat maka dia akan dibuang.
Bait selanjtnya
yaitu “To ibungan sandat selayu-layune
miik” artinya seseorang khususnya wanita harus mampu menerapkan ilmu
filsafat pada bunga kenanga atau “sandat” dimana walaupun bunga tersebut sudah
layu, dia tetap harum. Ini artinya jika seorang wanita mampu menjaga dirinya
dengan baik dia akan tetap memiliki nilai atau kehormatan walaupun sudah tua,
sehingga disebut cantik lahir dan batin.
Bait selanjutnya
yaitu “too.. ye nyandang tulad seuripe
melak sana becik” artinya kita harus mampu menjadikan filsafat Bungan
sandat ini sebagai tauladan dalam hidup, sehingga kaum remaja khususnya wanita
mampu menjaga dirinya dengan baik dan menjaga martabat diri sendiri sehingga
mampu dihormati sebagai wanita.
Dan yang terakhir
yaitu “pare truna truni mangde saling
asah asih asuh” dan “ma nyama beraya
to kukuhin rahayu kapanggih”, artinya disini bukan hanya diperlukan kaum
wanita saja yang harus menjaga diri, namun kaum laki-laki juga harus mempu
menghormati kaum wanita. Jadi antara kaum pemuda dan pemudi itu harus mampu
saling asah, asih dan asuh atau saling mengasihi dan bersama-sama untuk
menciptakan suatu kedamaian.
Jadi intinya lagu
ini membingbing kaum wanita untuk mampu menjaga diri dan kehormatan sebagai
wanita, agar mampu tumbuh seperti bunga kenanga atau “sandat yaitu mampu tetap
dihormati biarpun sudah tua sekalipun.
Kita sebagai penerus bangsa harus bisa mencontoh bunga
kenanga yang dari baru mekar hingga dia layu tetap memiliki prilaku yang baik
dan harum selalu dikenang oleh orang lain. Jangan kita tumbuh bagai bunga yang
tidak terpelihara dijalan, dipetik dan kemudian dibuang. Khususnya bagi para wanita
jangan sampai apa yang kita jaga sebagai kehormatan dipetik begitu saja yang
kemudian dibuang.
Nasihat lagu ini untuk kita, jangan biarkan masa muda
hanya indah sesaat lalu untuk disia-siakan. Seburuk apapun masa lalu kita,
Tuhan Maha Pengampun dan Penyayang. Maha Pengampun karena yang IA pandang tidak
hanya apa yang sudah kita lakukan, tapi juga apa yang kita tekadkan dan usaha
kita untuk memperbaiki diri. Maha Penyayang karena seburuk apapun ujian yang
pernah IA berikan, semuanya untuk melatih kita untuk menjadi makhluk-NYA yang
pantas IA Cintai. karena, mungkin Tuhan juga cemburu, bila kita mencintai yang
lain lebih dari cinta kita padaNYA.
Semoga Tuhan selalu membimbing kita untuk terus
memperbaiki diri dan hidup yang berarti laiaknya Bungan Sandat. Semoga kita
mampu mengamalkan dan mengimplementasikan lagu ini dalam kehidupan sehai-hari.
Perlu mengokohkan tali persaudaraan antar sesama sehingga mampu menciptakan
kedamaian dan kesejahteraan dalam hidup.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Makna dari pupuh Ginada yang berjudul “ede ngaden awak bisa” ini
membingbing kita agar bertindak tidak sombong dan puas diri walaupun sudah
memiliki suatu ilmu, dan kita diajarkan untuk belajar terus menerus karena ilmu
pengetahuan it terus berkembang.
Makna lagu I Bungan
sandat ini membingbing seseorang khususnya wanita mampu menjaga diri dan kehormatannya
sebagai wanita, sehingga mampu terus memiliki nilai dan kehormatan sampai tua
sekalipun.
3.1 Saran
Diharapkan kita mampu memahami dan mengimplementasikan makna-makna
dari lagu-lagu bali tersebut dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kita dapat
memperoleh suatu kesejahteraan.
DAFTAR
PUSTAKA
Buku kidung Taman sari
http://clingakclinguk.com/2008/11/13/bungan-sandat/
http://wikipedia.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar